The word kitab, if it is translated into “book” as we know today, is “a collection of sheets of paper fastened together as a thing to be read or to be written;” this may be the core meaning of “book” today. But before paper was invented, “books” were written on tablets, papyrus or animal skin, to name just a few examples. Later, additional shades of meaning for the word “book” came to be associated with printing. Today, “books” also exist in electronic form or on compact disks. As communication technology brings further changes, new layers of meaning will be added. Many other words follow a similar pattern in changes of meaning, leading to the view that a fixed core meaning of a word over a long period of time is a problematic concept.
Kata kitab, jika diterjemahkan menjadi “buku” sebagaimana kita tahu saat ini, adalah “sekumpulan lembaran kertas yang diikat bersama sebagai sesuatu untuk dibaca atau ditulisi;” ini mungkin menjadi makna inti dari “buku” saat ini. Tetapi sebelum kertas ditemukan, “buku” ditulis pada tablet (lembaran dari tanah liat), papyrus atau kulit binatang, untuk menyebut beberapa contoh. Kemudian, bayangan makna tambahan bagi kata “buku” diasosiasikan dengan pencetakan. Saat ini, “buku” juga ada dalam bentuk elektronik atau CD (compact disks). Selama teknologi komunikasi membawa perubahan lebih lanjut, berbagai lapisan baru makna akan ditambahkan. Banyak kata lain mengikuti pola yang sama dalam perbubahan makna, yang membawa pada pandangan bahwa makna inti yang ditentukan (fixed) di atas periode yang panjang merupakan suatu konsep yang problematis.
Dikutip dari: Abdullah Saeed, Interpreting the Qur’an; Towards a Contemporary Approach (New York: Routledge, 2006), hlm. 106.